Mobil Listrik

Hyundai Mantapkan Langkah Dominasi Mobil Listrik Nasional Lewat Ioniq 9

Hyundai Mantapkan Langkah Dominasi Mobil Listrik Nasional Lewat Ioniq 9
Hyundai Mantapkan Langkah Dominasi Mobil Listrik Nasional Lewat Ioniq 9

JAKARTA - Pasar kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. 

Hal ini mendorong PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) untuk memperkuat strategi penjualan di segmen battery electric vehicle (BEV). 

Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, menyebut bahwa peningkatan permintaan terhadap mobil listrik menjadi peluang besar bagi perusahaan untuk memperluas jangkauan produknya.

“Jadi waktu tahun 2024, mungkin per bulan jualannya hanya 3.000 unit. Sekarang sudah 6.000-an unit per bulannya. Jadi naik kira-kira kontribusinya 5% ke 10% untuk market EV sendiri,” ujar Frans.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik murni secara wholesales selama sembilan bulan pertama 2025 telah mencapai 55.225 unit. 

Angka ini meningkat tajam dibandingkan dengan sepanjang 2024 yang tercatat sebanyak 43.188 unit. Kenaikan signifikan ini menunjukkan bahwa kendaraan listrik semakin diterima masyarakat Indonesia, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan.

Pertumbuhan tersebut juga didorong oleh hadirnya berbagai merek baru di pasar, seperti VinFast dari Vietnam, Polytron dari Grup Djarum, dan Maxus di bawah Grup Indomobil. 

Persaingan di pasar mobil listrik pun semakin ketat, mendorong setiap produsen termasuk Hyundai untuk memperkuat inovasi dan menghadirkan model terbaru yang sesuai dengan selera konsumen lokal.

Ioniq 9 Jadi Senjata Baru Hyundai di Segmen Premium

Untuk memperkuat posisi di pasar, Hyundai tengah menyiapkan model terbarunya yang direncanakan meluncur pada akhir 2025, yaitu Hyundai Ioniq 9. 

Model ini diproyeksikan menjadi SUV listrik berkapasitas tujuh penumpang yang akan menempati segmen premium dan menjadi pelengkap jajaran Ioniq 5, Ioniq 6, serta Kona Electric yang lebih dulu beredar di Indonesia.

“Ioniq 9 itu salah satu potensi yang kami pertimbangkan, dan kami masih terus studi mengenai keinginan dari masyarakat Indonesia. Seperti biasa, pasti ada preferensi-preferensi dari konsumen sehingga kami akan lihat lagi apakah memang akan kami perkenalkan atau tidak,” jelas Frans.

Menilik laman resmi Samsat Jakarta, Hyundai Ioniq 9 EV sudah terdaftar dengan nilai jual kendaraan bermotor (NJKB) sebesar Rp699 juta.

Meski demikian, harga tersebut belum termasuk pajak dan biaya tambahan lainnya seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama (BBNKB), serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Artinya, harga on the road diperkirakan akan lebih tinggi dari nilai NJKB yang tercantum.

Kehadiran Ioniq 9 diharapkan dapat memperluas segmen pasar Hyundai di Tanah Air, khususnya di kelas SUV listrik premium yang semakin diminati. Selain desain futuristik dan fitur canggih, model ini juga diharapkan memiliki performa tinggi dan daya jelajah yang lebih panjang dibandingkan pendahulunya.

Strategi Produksi dan Investasi Besar di Indonesia

Hyundai Motors Indonesia memastikan bahwa Ioniq 9 akan dirakit secara lokal di pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) di Cikarang. 

Namun pada tahap awal, model ini akan diimpor secara utuh (completely built up/CBU) dari Korea Selatan untuk memenuhi kebutuhan pasar lebih cepat sambil memantau tingkat permintaan domestik.

Rencana perakitan lokal ini dijadwalkan mulai dilakukan pada tahun 2026. Langkah tersebut menegaskan komitmen Hyundai dalam memperkuat industri kendaraan listrik di Indonesia melalui transfer teknologi dan penciptaan lapangan kerja baru.

Sebagai tambahan, Hyundai telah memiliki tiga pilar utama dalam ekosistem kendaraan listrik nasional, yaitu PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power yang berfokus pada produksi baterai, PT Hyundai Energy Indonesia (HEI) untuk pengelolaan energi, dan PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) sebagai pusat perakitan kendaraan.

“Investasi kami tidak main-main. Jadi total investasi kami sebesar US$3 miliar atau setara dengan Rp50 triliun, dan kami telah menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja,” ungkap Frans.

Langkah ini memperlihatkan keseriusan Hyundai dalam membangun fondasi kuat bagi industri kendaraan listrik nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Strategi tersebut diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara.

Hyundai dan Masa Depan Ekosistem Kendaraan Listrik Indonesia

Dengan ekosistem yang semakin matang dan dukungan investasi besar, Hyundai kini berada di garis depan dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia. 

Perusahaan tak hanya berfokus pada penjualan produk, tetapi juga pada pembangunan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya, jaringan servis, dan sistem daur ulang baterai.

Kehadiran Ioniq 9 nantinya diharapkan dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan segmen SUV listrik premium di Indonesia. 

Di sisi lain, langkah Hyundai ini juga menjadi bagian dari upaya mempercepat transisi menuju transportasi ramah lingkungan yang sejalan dengan agenda pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih (net zero emission).

Melalui inovasi berkelanjutan, komitmen investasi besar, dan strategi lokalisasi produksi, Hyundai berupaya memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok kendaraan listrik global. 

Dengan strategi ini, perusahaan tidak hanya memperkuat posisi bisnisnya, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi hijau dan berkelanjutan di Tanah Air.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index