Danantara

Danantara Targetkan Kepemilikan Saham Strategis di Proyek Pengelolaan Sampah

Danantara Targetkan Kepemilikan Saham Strategis di Proyek Pengelolaan Sampah
Danantara Targetkan Kepemilikan Saham Strategis di Proyek Pengelolaan Sampah

JAKARTA - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara menyatakan keseriusannya untuk berpartisipasi dalam pengembangan proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau waste to energy. 

Perusahaan menargetkan kepemilikan saham minimal 30 persen pada setiap proyek yang digarap.

Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa meski memiliki batas minimal kepemilikan, Danantara tetap terbuka terhadap berbagai skema struktur saham. Bahkan, perusahaan siap mengambil mayoritas kepemilikan apabila diperlukan, selama tujuan proyek terkait lingkungan dapat tercapai dengan baik.

“Kita bilangnya if we can 30 persen paling tidak. Tapi kita happy to take 51 persen atau lebih, karena paling penting adalah menelusuri masalah lingkungan,” kata Pandu. Fleksibilitas ini sengaja diberikan untuk mendorong keterlibatan sektor swasta sehingga proyek dapat berjalan tepat waktu dan sesuai anggaran.

Dorongan Partisipasi Swasta dan Kepastian Ekonomi

Pandu menambahkan bahwa keterlibatan sektor swasta sangat penting agar proyek berjalan optimal. Dengan kepastian tenggat waktu dan biaya, Economic Internal Rate of Return (EIRR) proyek dapat lebih terjaga. Prinsipnya, Danantara tidak keberatan jika proyek tertentu dimiliki mayoritas oleh pihak swasta, selama tujuan proyek tercapai.

“Kami ingin private sector ikut bantu masuk ke situ. Untuk proyek tertentu kita bisa mayoritas, untuk proyek lainnya, bisa saja pihak swasta mayoritas, tidak masalah,” jelas Pandu. Insentif bagi swasta muncul dari kepastian pengelolaan proyek, sehingga mereka termotivasi untuk menuntaskan proyek sesuai jadwal dan anggaran.

Skema fleksibel ini diharapkan bisa menjadi model kemitraan yang saling menguntungkan antara negara, BUMN, dan sektor swasta dalam membangun infrastruktur energi berkelanjutan. Dengan begitu, proyek PSEL tidak hanya berfungsi sebagai pengolah sampah, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi daerah.

Target Pembangunan dan Anggaran Proyek

Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menjelaskan bahwa proyek PSEL direncanakan dibangun di 33 provinsi di seluruh Indonesia, dengan tahap awal difokuskan pada 7 kota yang telah siap secara lahan.

Tiap proyek ditargetkan mengelola sampah 1.000 ton per hari, dengan total investasi sekitar Rp2,5-3,2 triliun per proyek.

“Investasi satu PSEL bisa berkisar antara Rp2,5 triliun sampai Rp3,2 triliun untuk kapasitas 1.000 ton per hari,” jelas Stefanus. Selain menghasilkan energi listrik, proyek ini diharapkan memberi dampak ekonomi signifikan di sekitar lokasi pembangunan.

Dengan dana yang besar dan skala proyek yang luas, PSEL menjadi peluang strategis bagi pengembangan energi terbarukan sekaligus menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha di sektor pendukung.

Dampak Sosial dan Penyerapan Tenaga Kerja

Selain manfaat lingkungan dan energi, proyek PSEL juga diharapkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. 

Stefanus menjelaskan bahwa tahap konstruksi tiap proyek akan menyerap 2.000-3.000 pekerja tidak langsung, serta sekitar 500 pekerja langsung. Hal ini akan memberikan efek ekonomi tambahan bagi masyarakat di sekitar lokasi pembangunan.

“Jadi, pembangunannya sendiri selama tahap konstruksi dapat menyerap baik tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Yang langsung di situ mungkin 400-500 orang,” ujarnya. 

Dengan demikian, proyek ini tidak hanya mendorong pengelolaan sampah yang lebih efisien, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Ke depan, Danantara menegaskan komitmen untuk terus mendorong proyek-proyek lingkungan yang strategis, sambil membuka peluang kolaborasi dengan sektor swasta, agar pembangunan infrastruktur energi bersih dan berkelanjutan dapat berjalan maksimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index