Minyak

Proyeksi Harga Minyak Menguat Berkat Strategi Produksi OPEC

Proyeksi Harga Minyak Menguat Berkat Strategi Produksi OPEC
Proyeksi Harga Minyak Menguat Berkat Strategi Produksi OPEC

JAKARTA - Harga minyak dunia tetap stabil meski pasar menghadapi ketidakpastian pasokan dan permintaan. 

Keputusan terbaru OPEC+ untuk menambah produksi pada Desember, namun menunda kenaikan kuota pada kuartal pertama 2026, menyeimbangkan kekhawatiran investor terhadap surplus minyak dan perlambatan pertumbuhan manufaktur di Asia.

Pergerakan Harga Minyak Terkini

Harga minyak mentah bertahan di level stabil pada awal pekan, seiring investor menimbang kebijakan produksi baru OPEC+. Brent naik 12 sen atau 0,2 persen menjadi USD64,89 per barel, sementara WTI naik tujuh sen atau 0,1 persen menjadi USD61,05 per barel. 

Pasar sedang menyeimbangkan peningkatan pasokan dengan langkah OPEC+ menghentikan kenaikan produksi pada kuartal pertama 2026. Analis dari Ritterbusch and Associates menilai bahwa keputusan tersebut mampu mengimbangi dampak negatif dari tambahan 137 ribu barel per hari pada Desember.

Proyeksi Harga Minyak Menguat

Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga Brent menjadi USD60 per barel untuk paruh pertama 2026, naik dari estimasi sebelumnya USD57,50. Kenaikan ini dipicu oleh rencana OPEC+ menghentikan kenaikan kuota pada kuartal pertama tahun depan dan sanksi baru AS serta Uni Eropa terhadap aset minyak Rusia. 

Para analis menilai bahwa keputusan OPEC+ dan tekanan geopolitik menjadi faktor penting untuk menjaga harga minyak agar tetap mendukung pasar global.

Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya memperkirakan surplus minyak global hingga 4 juta barel per hari pada tahun depan, sementara OPEC menilai pasokan dan permintaan akan seimbang. Prediksi ini menegaskan perlunya pemantauan cermat terhadap tren produksi dan konsumsi di seluruh dunia.

Faktor Geopolitik dan Permintaan Asia

Rusia tetap menjadi penentu penting pasokan minyak global setelah sanksi AS terhadap produsen seperti Rosneft dan Lukoil, serta dampak serangan terhadap infrastruktur energi. Di sisi lain, pusat-pusat manufaktur besar di Asia menunjukkan pertumbuhan yang melambat, menurut survei terbaru.

Pertumbuhan permintaan minyak di Tiongkok telah melambat sejak 2020 karena transisi negara tersebut ke energi lebih bersih. Meski demikian, CEO TotalEnergies Patrick Pouyanne optimistis karena meningkatnya konsumsi minyak di India. 

Faktor geopolitik dan dinamika permintaan regional menjadi penentu kunci dalam menjaga stabilitas harga minyak di pasar internasional.

Optimisme Pasar Minyak di Tengah Ketidakpastian

Para CEO perusahaan minyak Eropa menekankan pentingnya tidak bersikap terlalu pesimis terhadap prospek minyak global. Kombinasi kebijakan OPEC+, sanksi terhadap produsen Rusia, dan perubahan tren permintaan di Asia menuntut strategi adaptif agar pasar tetap seimbang.

Secara keseluruhan, harga minyak diperkirakan tetap fluktuatif namun stabil dalam jangka pendek. Investor dan produsen terus memantau keputusan OPEC+, data manufaktur Asia, dan geopolitik sebagai indikator kunci. 

Dengan langkah-langkah ini, pasar minyak global berpotensi menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan, sekaligus menawarkan peluang pertumbuhan jangka panjang bagi para pelaku industri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index