JAKARTA - Pemasangan infus sering dipandang sebagai prosedur medis rutin yang sederhana. Padahal, tindakan ini menyimpan berbagai risiko yang perlu diperhatikan oleh pasien maupun tenaga medis.
Menurut Dokter Anestesi dan Intensivis di RS Premier Bintaro, dr. Irvan Setiawan, infus tidak hanya sekadar memasukkan cairan ke dalam tubuh. Proses ini merupakan prosedur kompleks yang memerlukan pemahaman menyeluruh tentang kondisi pasien dan teknik medis yang tepat.
Dalam praktiknya, akses vaskular dibagi menjadi dua kategori utama: akses perifer dan akses sentral. Akses perifer biasanya dilakukan di tangan atau lengan bawah, sedangkan akses sentral menempatkan ujung kateter dekat jantung.
Prosedur akses sentral menjadi tanggung jawab dokter anestesi, khususnya saat pemberian obat-obatan pekat yang memerlukan jalur aman untuk menghindari iritasi atau kerusakan jaringan.
"Banyak obat yang jika diberikan lewat infus perifer bisa menimbulkan iritasi atau bahkan merusak jaringan, menyebabkan bengkak, menghitam, bahkan amputasi karena pembuluh darahnya rusak," jelas Ivan. Pemilihan jenis akses infus yang tepat sangat penting untuk meminimalkan risiko komplikasi ini.
Tantangan Pasien dengan Vena Sulit
Tidak semua pasien memiliki kondisi vena yang mudah diakses. Pasien dengan riwayat kemoterapi atau anak-anak sering mengalami kesulitan saat pemasangan infus. Kondisi ini dikenal dengan istilah DIVA (Difficult Intravenous Access).
"Pasien kemoterapi biasanya memiliki pembuluh darah keras karena sering ditusuk, sedangkan anak-anak sulit diam sehingga prosedur menjadi lebih rumit," tambah Ivan.
Untuk menilai tingkat kesulitan, dokter melakukan penilaian awal. Hal ini mencakup pengamatan apakah vena terlihat jelas, bisa diraba, atau membutuhkan bantuan alat seperti ultrasound (USG). Jika pasien memiliki riwayat sulit dipasang infus, penggunaan alat bantu seperti USG dianjurkan untuk mengurangi risiko kegagalan dan komplikasi.
Risiko Fatal dari Kesalahan Pemasangan
Kesalahan dalam pemasangan akses vaskular bisa berakibat serius. Vena yang menjadi target dekat dengan arteri dan saraf. Jika arteri tertusuk, darah dapat terus keluar karena tekanan jantung, sementara jika saraf terkena, pasien bisa mengalami kebas atau bahkan kelumpuhan.
Selain itu, risiko meningkat saat prosedur dilakukan di area dada, di mana terdapat pleura, lapisan pelindung paru-paru. "Jika pleura tertusuk, paru bisa kolaps dan menyebabkan sesak napas berat," terang Ivan.
Pentingnya Profesionalisme dalam Prosedur Infus
Prosedur pemasangan infus menuntut keahlian tinggi dan tidak boleh dianggap sepele. Dokter dan tenaga medis tidak hanya bertugas menempatkan kateter, tetapi juga memastikan obat yang diberikan sampai ke tubuh pasien secara aman dan efektif. Kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak serius terhadap keselamatan pasien.
Dengan pemahaman dan kehati-hatian yang tepat, prosedur infus dapat berjalan lancar dan risiko komplikasi dapat diminimalkan. Pasien juga disarankan untuk selalu berdiskusi dengan tenaga medis terkait riwayat kesehatan dan pengalaman sebelumnya agar tindakan infus lebih aman dan nyaman.