Kepala BPS Jelaskan Perlambatan Konsumsi Rumah Tangga Hanya Bersifat Musiman

Kamis, 06 November 2025 | 11:00:15 WIB
Kepala BPS Jelaskan Perlambatan Konsumsi Rumah Tangga Hanya Bersifat Musiman

JAKARTA - Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia pada kuartal III-2025 menjadi perhatian publik. 

Setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan hanya sebesar 4,89 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sedikit turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,97 persen. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa fenomena ini merupakan kondisi musiman yang wajar terjadi setiap tahun.

Menurut Amalia, periode Juli hingga September memang bukan waktu yang ditandai oleh banyak kegiatan konsumsi besar, seperti libur panjang keagamaan atau perayaan besar yang biasanya meningkatkan belanja masyarakat. 

“Kalau kita lihat, konsumsi rumah tangga itu salah satunya dipengaruhi oleh siklus musiman. Karena di kuartal ketiga ini, seperti event besar dan libur keagamaan tak sepanjang di kuartal II,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Ia menekankan bahwa penurunan ini tidak mencerminkan pelemahan ekonomi secara fundamental. Meskipun laju konsumsi masyarakat sedikit menurun, indikator ekonomi makro lainnya tetap menunjukkan tren positif. 

“Kinerja ekonomi nasional masih sangat solid, didorong oleh ekspor yang tumbuh hampir 10 persen serta peningkatan investasi dan belanja pemerintah,” jelasnya.

Kontribusi Sektor Ekspor dan Investasi

Meski konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, Amalia menjelaskan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada sektor ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekspor yang mencapai hampir dua digit memberikan sinyal positif terhadap neraca perdagangan nasional. 

“Yang masih cukup kuat adalah tumbuhnya ekspor di atas 9 persen, sama investasi masih tumbuh di atas 5 persen. Dan juga pengeluaran konsumsi pemerintah cukup solid,” tutur Amalia.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun ini tercatat sebesar 5,04 persen. Angka tersebut memang sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,12 persen. Namun, secara umum, capaian tersebut menunjukkan daya tahan ekonomi nasional di tengah dinamika global.

Kinerja investasi, yang diukur melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), tumbuh 5,04 persen dengan kontribusi sebesar 29,09 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, ekspor mencatat pertumbuhan mengesankan sebesar 9,91 persen, menyumbang sekitar 23,64 persen terhadap PDB. 

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menyebutkan bahwa kenaikan ekspor didorong oleh peningkatan nilai dan volume komoditas nonmigas serta jasa. 

“Kegiatan ekspor tumbuh positif pada kegiatan barang non-migas dan jasa, didorong oleh peningkatan nilai dan volume ekspor beberapa komoditas,” ujarnya.

Konsumsi Tetap Jadi Penopang Ekonomi Nasional

Meski tumbuh lebih lambat, konsumsi rumah tangga tetap menjadi kontributor terbesar dalam struktur PDB Indonesia. 

Dengan porsi mencapai 53,14 persen, sektor konsumsi masih menjadi tulang punggung utama pertumbuhan ekonomi nasional. Data BPS menunjukkan, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen pada kuartal III-2025, sedikit melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,97 persen yoy.

Perlambatan konsumsi ini, menurut Amalia, tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena bersifat sementara. 

Pola pengeluaran masyarakat biasanya kembali meningkat pada kuartal IV setiap tahunnya, seiring dengan momentum akhir tahun dan libur panjang. Faktor musiman ini dinilai menjadi penyebab utama fluktuasi konsumsi, bukan karena tekanan ekonomi struktural.

Amalia juga menambahkan bahwa pemerintah bersama lembaga terkait terus mendorong peningkatan daya beli masyarakat melalui berbagai program sosial dan kebijakan fiskal yang adaptif. 

“Kami melihat potensi penguatan konsumsi akan kembali meningkat menjelang akhir tahun, terutama dengan stabilitas harga dan meningkatnya kepercayaan konsumen,” jelasnya.

Prospek Ekonomi Tetap Positif

BPS optimistis bahwa perekonomian nasional masih berada di jalur yang sehat menuju akhir 2025. Kinerja ekspor yang solid, investasi yang konsisten tumbuh, serta kebijakan fiskal yang mendorong daya beli masyarakat menjadi fondasi penting bagi ketahanan ekonomi nasional.

Meski faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas dan suku bunga global masih membayangi, Indonesia dinilai memiliki ketahanan ekonomi yang baik. 

Dengan dukungan konsumsi domestik, ekspor nonmigas, serta pembentukan modal yang terus meningkat, pemerintah menilai arah pertumbuhan ekonomi akan tetap positif menjelang 2026.

Amalia menyebutkan bahwa koordinasi lintas kementerian akan terus diperkuat untuk memastikan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga. Ia menegaskan, “Dengan sinergi antara sektor pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, kami optimis konsumsi rumah tangga akan kembali tumbuh lebih kuat di kuartal berikutnya.”

Terkini