BMKG Prediksi Hujan Lebat, Masyarakat Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

Selasa, 04 November 2025 | 12:11:11 WIB
BMKG Prediksi Hujan Lebat, Masyarakat Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi antara November 2025 hingga Februari 2026. 

Peringatan ini disampaikan seiring dengan meningkatnya intensitas hujan di berbagai wilayah Indonesia yang kini bergerak dari barat menuju timur.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah memasuki masa transisi menuju periode puncak musim hujan. 

Menurutnya, fenomena atmosfer di wilayah selatan Indonesia telah menunjukkan peningkatan aktivitas sistem cuaca akibat pengaruh siklon tropis di Samudra Hindia. Kondisi ini dapat menimbulkan potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di sejumlah daerah.

“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah selatan Indonesia yang mulai terpengaruh sistem siklon tropis dari Samudra Hindia,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta.

BMKG mengingatkan agar masyarakat tidak hanya mewaspadai intensitas hujan, tetapi juga fenomena cuaca ekstrem lain yang mungkin muncul seperti genangan air, banjir bandang, dan tanah longsor di daerah rawan. 

Untuk itu, Dwikorita menegaskan pentingnya kesiapsiagaan dan antisipasi sejak dini oleh masyarakat maupun pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.

Wilayah dengan Potensi Curah Hujan Tinggi

Berdasarkan hasil analisis meteorologi terkini, BMKG memprediksi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi akan melanda sejumlah wilayah dengan intensitas mencapai lebih dari 150 milimeter per dasarian. 

Wilayah yang berpotensi terdampak mencakup Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

Kondisi ini menandakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan menghadapi peningkatan curah hujan dalam skala luas. BMKG juga menegaskan bahwa faktor lokal seperti topografi dan suhu permukaan laut turut memperkuat pembentukan awan hujan di berbagai daerah. 

Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk memperhatikan informasi prakiraan cuaca harian yang dikeluarkan BMKG agar dapat melakukan langkah antisipatif yang tepat.

Menariknya, meskipun curah hujan meningkat, suhu maksimum harian di beberapa wilayah masih tergolong tinggi. BMKG mencatat suhu hingga 37 derajat Celsius di Riau, sementara di beberapa daerah Sumatera dan Nusa Tenggara suhu maksimum mencapai lebih dari 36 derajat Celsius. 

Kombinasi antara suhu tinggi dan kelembapan yang meningkat ini dapat memicu pembentukan awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan deras secara tiba-tiba.

Fenomena ini menandakan dinamika atmosfer Indonesia yang kompleks, di mana potensi cuaca ekstrem dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh sebab itu, BMKG mendorong pemerintah daerah dan masyarakat untuk lebih waspada, terutama terhadap perubahan cuaca yang berlangsung cepat dan sulit diprediksi.

Ancaman Siklon Tropis dan Dampak Cuaca Ekstrem

Dwikorita juga memberikan perhatian khusus terhadap potensi terbentuknya siklon tropis di bagian selatan Indonesia. Aktivitas siklon ini, menurutnya, dapat membawa dampak cuaca ekstrem berupa hujan deras, angin kencang, hingga gelombang tinggi di wilayah pesisir selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Masyarakat di pesisir selatan perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi angin kencang dan gelombang tinggi yang bisa mengganggu aktivitas pelayaran dan perikanan,” katanya.

BMKG menjelaskan bahwa pembentukan siklon tropis di sekitar Samudra Hindia selatan Jawa merupakan fenomena yang cukup sering terjadi pada periode peralihan menuju musim hujan. 

Namun, intensitas dan arah pergerakannya perlu terus dipantau karena dapat berubah dengan cepat mengikuti pola angin muson dan tekanan udara global. Selain berdampak pada cuaca ekstrem di darat, siklon tropis juga dapat mengakibatkan gangguan di sektor transportasi laut dan udara. 

Oleh karena itu, BMKG menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor, termasuk antara otoritas pelabuhan, maskapai penerbangan, dan pemerintah daerah untuk memastikan keselamatan masyarakat selama periode cuaca ekstrem ini.

BMKG juga mengingatkan bahwa cuaca ekstrem tidak hanya menimbulkan dampak fisik, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. 

Sektor pertanian, perikanan, hingga logistik sering kali menjadi yang paling terdampak akibat gangguan distribusi barang dan rusaknya infrastruktur akibat bencana hidrometeorologi.

Imbauan dan Langkah Mitigasi dari BMKG

Sebagai langkah antisipatif, BMKG mengimbau seluruh pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan infrastruktur menghadapi dampak musim hujan, terutama di wilayah rawan banjir dan longsor. 

Dwikorita menegaskan bahwa kesiapsiagaan harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkat pemerintah pusat hingga masyarakat di desa.

“Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk aktif memantau informasi cuaca yang dikeluarkan BMKG melalui berbagai kanal resmi, termasuk aplikasi dan media sosial. Dengan pemantauan yang rutin, masyarakat dapat menghindari risiko tinggi akibat aktivitas di luar ruangan saat terjadi cuaca ekstrem.

BMKG menekankan pentingnya edukasi publik mengenai tanda-tanda awal perubahan cuaca ekstrem, seperti peningkatan suhu udara, awan gelap menggumpal, dan angin berembus kencang secara tiba-tiba. 

Upaya preventif seperti membersihkan saluran air, memperkuat struktur rumah, dan menyiapkan perlengkapan darurat sangat dianjurkan dalam menghadapi kondisi cuaca tidak menentu.

Sebagai bagian dari upaya adaptasi terhadap perubahan iklim global, BMKG berkomitmen terus memperkuat sistem peringatan dini (early warning system) agar informasi cuaca ekstrem dapat diterima masyarakat secara cepat dan akurat. 

Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga, dan masyarakat, risiko bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan, sekaligus menjaga keselamatan serta ketahanan sosial di seluruh wilayah Indonesia.

Terkini