JAKARTA - Sektor obat dan makanan di Indonesia kini mendapat sorotan karena dianggap memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dalam menopang perekonomian nasional.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menyebut, potensi ekonomi dari sektor ini dapat mencapai Rp6.000 triliun per tahun apabila seluruh pelaku usaha terlibat aktif dalam rantai produksinya.
Taruna menjelaskan bahwa potensi besar tersebut berasal dari luasnya skala industri obat dan makanan yang mencakup usaha mikro, kecil, hingga besar. Menurutnya, ratusan ribu pelaku usaha di bidang ini memiliki peluang untuk tumbuh jika didukung dengan inovasi, regulasi yang jelas, dan kolaborasi lintas sektor.
Ia juga menyoroti keunggulan Indonesia yang memiliki 18.000 jenis obat herbal asli, menjadikannya negara dengan jumlah tanaman obat tertinggi di dunia. Potensi ini, menurut Taruna, dapat menjadi modal utama bagi pengembangan produk herbal dan obat tradisional yang bisa bersaing di pasar global.
“Kami melihat potensi ekonomi sektor obat dan makanan nasional yang sangat besar, mencapai Rp6.000 triliun per tahun,” ujar Taruna.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri akan menjadi kunci dalam mempercepat transformasi sektor kesehatan menuju arah yang lebih mandiri dan berdaya saing tinggi.
Inovasi Jadi Kunci Penguatan Daya Saing Kesehatan
Pentingnya inovasi di bidang obat-obatan juga disampaikan oleh Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama WHO, Tikki Pangestu, yang menilai bahwa kemajuan industri kesehatan nasional tidak akan optimal tanpa riset dan pengembangan yang berkelanjutan.
Tikki menjelaskan bahwa saat ini terdapat dua bentuk inovasi besar yang sedang menjadi perhatian dunia, yaitu stem cell therapy dan tobacco harm reduction.
Keduanya dinilai dapat menjadi tonggak baru dalam pengobatan modern karena mampu memberikan solusi terhadap berbagai penyakit degeneratif dan dampak penggunaan tembakau.
Menurut Tikki, kombinasi antara inovasi dan potensi ekonomi yang besar menjadi modal yang sangat baik untuk membangun sektor kesehatan yang mandiri dan berdaya saing global. “Inovasi yang dikombinasikan dengan potensi ekonomi menjadi modal yang sangat baik di sektor kesehatan,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah serta kemampuan riset dari berbagai lembaga di Indonesia, peluang untuk menjadi pemain utama dalam produksi obat herbal maupun terapi berbasis bioteknologi terbuka sangat lebar.
Namun, keberhasilan tersebut tetap membutuhkan dukungan kebijakan yang berpihak pada pengembangan riset dan industri dalam negeri.
Kolaborasi Kementerian Jadi Fondasi Ketahanan Kesehatan Nasional
Selain aspek inovasi, kekuatan sektor kesehatan nasional juga terletak pada kolaborasi antar lembaga negara. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa ada kesamaan tanggung jawab antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertahanan dalam melindungi masyarakat dari ancaman kematian.
Menurutnya, kedua kementerian tersebut harus bekerja sama dalam memetakan dan mencegah berbagai potensi penyakit, terutama yang disebabkan oleh patogen. Kolaborasi lintas sektor akan memperkuat kesiapsiagaan nasional terhadap ancaman penyakit menular yang dapat berdampak luas bagi masyarakat.
“Jika kita well-prepared dan ada kerjasama yang baik antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertahanan, maka wabah penyakit yang berdampak fatal bagi umat manusia dapat kita tangani dengan baik,” kata Budi.
Ia juga mengingatkan bahwa penyakit akibat patogen masih menjadi ancaman besar bagi keselamatan masyarakat karena dapat menimbulkan korban jiwa dalam jumlah signifikan.
Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya strategi nasional yang terpadu agar sistem kesehatan Indonesia mampu merespons berbagai potensi wabah dengan cepat dan efektif.
Sinergi Kesehatan dan Pertahanan untuk Hadapi Ancaman Biologis
Dukungan terhadap penguatan strategi nasional juga datang dari Ketua Panitia International Military Medicine Symposium and Workshop (IMEDIC) Dian Andriani. Ia menilai bahwa kolaborasi antara sektor kesehatan dan pertahanan memiliki arti penting dalam menghadapi tantangan global, khususnya ancaman biologis.
Dian menjelaskan bahwa dalam konteks ancaman biologi, kekuatan pertahanan sebuah negara tidak hanya diukur dari kemampuan militer, tetapi juga dari sejauh mana sistem kesehatannya mampu merespons ancaman tersebut secara cepat dan terkoordinasi.
Ia mendorong agar strategi dan inovasi di sektor kesehatan terus dikembangkan melalui kerja sama antar lembaga, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, kapasitas nasional dalam menghadapi ancaman biologis akan semakin tangguh.
“Dalam ancaman biologi, kekuatan pertahanan terletak pada kerja sama,” kata Dian. Ia menambahkan, kolaborasi lintas sektor merupakan pondasi penting dalam menciptakan sistem pertahanan kesehatan yang adaptif terhadap perubahan zaman dan teknologi.
Potensi besar sektor obat dan makanan yang mencapai triliunan rupiah setiap tahun diharapkan tidak hanya menjadi angka ekonomi, tetapi juga menjadi pendorong utama bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Dengan inovasi, riset yang kuat, serta kerja sama lintas kementerian dan lembaga, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pengembangan industri obat dan makanan di kawasan Asia.
Apabila sinergi ini terus dijaga, sektor kesehatan bukan hanya menjadi benteng pertahanan terhadap penyakit, tetapi juga menjadi salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.